Setiap orang memiliki impian, baik impian dari saat kita kecil, remaja,
dewasa, bahkan tua. Di sini akan saya ceritakan tentang perkembangan impian
saya dari waktu ke waktu. Pada saat saya masih duduk di sekolah dasar, saya
ditanya oleh guru. “Apa cita-cita kamu?”, dan dengan polosnya saya menjawab,
“Pingin jadi dokter!”. Betapa polosnya saya waktu itu, belum mengetahui apa
kesusahannya, belajarnya, terlebih untuk belajar menjadi dokter membutuhkan
biaya yang amat besar. Tapi begitulah impian khas anak-anak, ya kan? Mungkin
para pembaca juga menjawab seperti itu, baik jadi masinis, pilot, pemadam
kebakaran, dan sebagainya. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan saya,
impian saya mulai berubah saat saya kelas 4. Saya saat itu sudah mulai tertarik
dengan barang-barang seperti tamiya. Saya senang sekali merakit barang seperti
itu, sehingga saya mulai berubah cita-citanya, yaitu menjadi teknisi. Sama
seperti yang inign menjadi dokter, saya belum mengetahui tentang apa yang
dibuthkan untuk menjadi teknisi. Memang kelihatannya menyenangkan, tetapi jelas
untuk menjadi teknisi dibutuhkan pengertian akan matematika dan fisika secara
mendalam. Sampai-sampai di buku kenangan sekolah saya, saya masih mengatakan
cita-cita saya adalah menjadi teknisi.
Mulai masuk ke SMP, saya mengalami perubahan lagi. Di SMP saya sudah mulai
kenal dengan komputer, dan hp yang mulai makin canggih. Melihat perkembangan
teknologi, saya sangat senang dengan apa yang bisa diwujudkan oleh teknologi,
seperti bagaimana saya bisa mengunduh lagu dari internet, mencari informasi di
internet, dan sebagainya. Walaupun komputer pada masa itu masih pentium IV,
dengan koneksi internet yang masih sangat lambat. Untuk mengunduh 5 megabyte saja
dibutuhkan waktu dua setengah jam. Mulai saat itu, saya mulai meminta kepada
orang tua agar saya dibelikan buku mengenai komputer. Saya masih ingat buku
komputer pertama saya adalah bagaimana membeli komputer baru/bekas yang baik.
Nah, disitu saya mulai belajar hal-hal simpel seperti spesifikasi hardware, apa
saja yang dibutuhkan dalam komputer, skala-skala pembanding dalam spesifikasi,
dan sebagainya. Dari buku itu, saya semakin tertarik dalam dunia komputer. Saya
sudah menetapkan bahwa nanti saya ingin masuk ke jurusan yang berhubungan
dengan komputer saat saya masuk kuliah. Nah untuk menambah ilmu, saya juga
mulai belajar mengenai membetulkan komputer yang rusak, tentang pengoperasian
Windows XP, belajar tentang virus, hacking, dan juga Linux.
Betapa saya menggilai hal-hal mengenai komputer pada saat itu. Di rumah pun
saya sudah menjadi seperti teknisi. Kalau ada apa-apa, pasti saya dipanggil.
Jujur saya merasa senang karena saya bisa berguna dengan baik, dapat membantu
orang lain, dan dapat mengajarkan kepada keluarga saya juga mengenai komputer
dan teknologi.
Setelah lulus SMP, saya tentu melanjutkan studi saya ke jenjang yang lebih
tinggi, yaitu SMA. Di SMA tentu kita kenal bahwa ada penjurusan IPA, dan IPS,
serta Bahasa jika SMA itu ada. Dari kelas satu, saya sudah memiliki target
untuk masuk ke jurusan IPA. Lho? Mengapa IPA yang saya pilih? Saya pilih IPA
karena ketika saya mencari syarat masuk ke jurusan information
technology, ternyata syaratnya adalah lulusan SMA IPA. Wah, saya pikir
waktu itu bahwa ini akan jadi perjalanan yang cukup berat demi mencapai impian saya.
Tetapi tentu saja tidak ada impian yang mudah diraih, pasti ada proses yang
banyak suka dukanya. Apalagi dulu di SMA saya nilai yang berhubungan dengan IPA
tidak boleh ada yang merah sama sekali, dan tidak ada nilai ulangan yang boleh
di remedial. Dengan perjuangan keras, dan tetap teguh, saya akhirnya bisa masuk
ke jurusan IPA. Di jurusan IPA, saya mendapatkan apa yang saya mau, yaitu
pelajaran komputer yang lebih dalam mengenai pemograman. Saat pertama kali
mendengarnya saja saya berpikir, “Wah, akhirnya bisa belajar pemograman. Keren
banget!”. Mulailah saya bersama teman-teman sekelas belajar program, yang waktu
itu adalah pemograman Delphi. Sudah belajar membuat aplikasi kalkulator
sederhana yang masih di run melalui terminal, belajar membuat
aplikasi converter suhu, jarak. Bahkan ada juga yang aneh-aneh
itu membuat urutan angka dalam terminal. Terlihat simpel dan tak ada gunanya
memang, tetapi jangan salah sob, membuat seperti itu sudah sulit. Di
akhir-akhir pembelajaran saya di kelas XI, saya juga belajar membuat aplikasi
untuk pertokoan seperti stok barang. Saya tambah yakin dengan impian saya untuk
menjadi programmer.
Tetapi pada suatu waktu tertentu, impian saya tergoyahkan. Penyebabnya
adalah ada saudara saya, dan beberapa kenalan saya yang merupakan lulusan IT,
malah ujungnya berdagang. Kata mereka untuk menjadi programmer yang
laku di pasaran itu sulit, harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih
dari programmer lain. Setelah mendengar kata itu, saya menjadi
penasaran dan surfing di internet lagi. Di internet, ada
sebuah artikel yang malah membuat saya tambah goyah. Dalam artikel itu, orang
mengatakan bahwa menjadi programmer menjadi sangat sulit,
kerjanya bisa tidak tidur untuk menyelesaikan proyek, terus-menerus ditagih
oleh perusahaan, dan lain-lain. Saya pikir ribet juga yah, dan juga saya tidak
mau bekerja seperti itu. Belum lagi efek negatif ke mata saya, dan kesehatan
secara keseluruhan. Saya mau memiliki kebebasan waktu, pekerjaan yang lebih
fleksibel intinya. Pada saat saya naik ke kelas XII, saya merasa bahwa saya
salah jurusan. Walaupun begitu, kelas XII IPA tetap menyenangkan. Untuk
beberapa bulan, saya masih bingung untuk kedepannya mau menjadi apa, dan apa
impian saya. Tetapi setelah itu, saya mulai menemukan suatu yang baru, yaitu
berbisnis. Saya berpikir bahwa bisnis itu punya waktu yang lebih fleksibel,
punya pekerjaan yang unik, dapat melihat perkembangan yang dapat membuat saya
senang, dibanding dengan programmer yang pekerjaannya seperti
itu saja. Selain itu, jika bisa terus berkembang, akan bisa menghasilkan profit yang
lebih besar. Hal ini ditambah dengan education fair dimana
banyak universitas yang berpartisipasi. Di sana saya melihat suatu institut
bisnis, dimana saya bisa mendaftar dengan potongan, terlebih disana fokusnya
adalah bisnis. Mendaftarlah saya disana dan sampai sekarang saya masih di
institut tersebut, dengan jurusan administrasi bisnis.
Sekarang ini, impian saya sudah mantap, dan tidak akan saya ubah-ubah lagi.
Saya ingin menjadi pebisnis handal, yang dapat dikenal oleh masyarakat, dan
bahkan oleh dunia. Jika dibicarakan dengan lebih spesifik, saya ingin menjalani
bisnis di bidang yang saya suka. Tentu dong, kita harus melakukan apa yang kita
suka, agar kita bisa 100% senang berbisnis dalam bidang itu, supaya hasil bisa
maksimal dan tidak memberatkan kita sendiri. Yang ingin saya buka adalah yang
berhbungan dengan restoran, atau motor. Saya sangat suka dengan kedua bidang
tersebut. Kalau restoran, saya suka karena memang dasarnya saya suka kuliner,
dan senang jika bisa menawarkan sesuatu yang baru pada masyarakat, seperti
masakan Jepang, Perancis, dll. Di Indonesia kan masih jarang restoran dengan
masakan luar. Mungkin sekarang masakan Jepang seperti ramen sudah
mulai banyak, tapi saya ingin membuat hal yang lain lagi. Saya ingin menjadi
pelopor restoran Jepang dengan menu yang beragam. Terlebih dalam bisnis
restoran, tentu saja banyak orang yang butuh makanan, jadi saya pikir ini
adalah peluang yang besar. Untuk bisnis motor, dasarnya saya suka akan motoGP,
juga suka dengan motor-motor sport lainnya. Dari berkendara saja saya sudah
merasa senang, yang artinya memang kesenangan yang murni begitu saja, hehehe..
Saya ingin bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan motor-motor yang
berkualitas, dimana saya juga bisa menikmati informasi-informasi baru mengenai
motor di dunia. Jadi begitulah perjalanan dari impian saya, dari awalnya
dokter, sampai ingin jadi pebisnis. Sekian share saya kali
ini, semoga tulisan ini dapat menghibur, dan menginspirasi kita semua untuk
membangkitkan semangat kita untuk menggapai impian. Sekalipun impian kita
berubah, asalkan impian tersebut baik untuk masyarakat, mari kita berjuang!
Sekian dan terima kasih telah membaca, tunggu post berikutnya!